Mari Berdiri, Tepuk Tangan untuk ‘Turah’

Di Kampung Taring, latar film Turah, rumah-rumah berdinding kayu, lusuh dan setengah berantakan. Tak ada lantai semen. Perabot rumah serba terbatas. Di sana tak ada jajaran seleb klimis serupa manekin, jenis orang yang sering kita lihat di teve. Sebagai gantinya kita berjumpa orang-orang miskin di kampung pesisir: lelaki, perempuan, manula sampai anak-anak. Tak ada logat Melayu-Betawi khas Jakarta—kita harus membaca teks terjemahan bila tak paham bahasa setempat.

Continue reading